KOMPAS.com — Dalam sejarah Islam, banyak tokoh muda yang menunjukkan keberanian, kecerdasan, dan keteguhan iman luar biasa di usia belia.
Mereka bukan hanya bagian dari masa lalu, tetapi juga teladan bagi generasi muda hari ini untuk menumbuhkan karakter, ilmu, dan kepemimpinan yang berlandaskan iman.
Beberapa di antaranya dikisahkan di bawah ini, sepertii dilansir dari Islam Legacy:
Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai anak laki-laki pertama yang menerima Islam di usia sangat muda, sekitar sembilan atau sepuluh tahun.
Ia memeluk Islam bahkan sebelum Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat dekat Nabi Muhammad SAW.
Ali juga menjadi orang pertama yang melaksanakan shalat bersama Nabi.
Baca juga: Kepribadian Nabi Muhammad SAW Sejak Muda: Jujur, Amanah, dan Terjaga dari Maksiat
Meski awalnya takut pada ayahnya, Ali tetap jujur ketika ditanya tentang keislamannya.
Sang ayah justru mendukung dan berkata, “Berpeganglah pada sepupumu dan bantu dia meraih kemenangan.”
Keberanian dan kejujuran Ali menjadi bukti kemurnian imannya sejak kecil.
Sejak usia sepuluh tahun, Abdullah bin Abbas menunjukkan kecintaan besar terhadap ilmu.
Ia menyiapkan air wudhu untuk Nabi Muhammad SAW hingga Nabi mendoakannya, “Allahumma faqihhu fid-din” — Ya Allah, berilah dia pemahaman mendalam tentang agama.
Doa ini menjadi jalan bagi Abdullah bin Abbas untuk tumbuh sebagai ulama besar dan mufasir Alquran paling berpengaruh dalam sejarah Islam.
Pada usia muda, ia juga ikut sholat malam bersama Nabi, menunjukkan kedekatan spiritualnya dengan ibadah.
Kisahnya mengingatkan orangtua agar membiasakan anak-anak ikut dalam ibadah sejak dini, karena dari situlah tumbuh kecintaan terhadap shalat dan Alquran.
Baca juga: Kisah Heroik Dua Anak Muda Menghabisi Abu Jahal di Perang Badar
Sa’d bin Abi Waqqas mengalami ujian berat ketika ibunya menolak agama Islam yang ia peluk.
Sang ibu mengancam akan berpuasa hingga mati jika Sa’d tidak meninggalkan Islam.
Namun, dengan tegas ia menjawab, “Aku tidak akan meninggalkan agamaku untuk apa pun.”
Melihat keteguhan iman anaknya, sang ibu akhirnya menyerah dan makan kembali.
Keimanan Sa’d yang tidak tergoyahkan bahkan membuatnya disebut dalam ayat Alquran.
Ia menjadi simbol pemuda berprinsip yang tetap teguh dalam keyakinannya meski menghadapi tekanan keluarga.
Ali Zain Al-Abidin dikenal karena kesabarannya yang luar biasa.
Ia menyaksikan 72 anggota keluarganya gugur dalam satu pertempuran, termasuk ayahnya yang wafat secara tragis.
Ketika Yazid bin Muawiyah menghina keluarganya, Ali menjawab dengan ayat Alquran Surah Al Hadid ayat 22:
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ ٢٢
mâ ashâba mim mushîbatin fil-ardli wa lâ fî anfusikum illâ fî kitâbim ming qabli an nabra'ahâ, inna dzâlika ‘alallâhi yasîr
Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.
Ketenangan dan kebijaksanaan Ali menunjukkan kekuatan spiritual luar biasa yang tumbuh dari keimanan mendalam.
Baca juga: Pemuda Lintas Iman Serukan Jaga Indonesia
Imam Asy-Syafi’i memiliki daya ingat luar biasa sejak muda.
Ia mampu menghafal hadis dan tulisan hanya dengan sekali mendengar.
Pada usia 13 tahun, ia bertemu Imam Malik bin Anas yang terkesan dengan kecerdasan dan hafalannya.
Imam Malik berkata kepadanya, “Allah telah menerangi hatimu dengan cahaya, maka jangan padamkan cahaya itu dengan dosa.”
Kisah Imam Asy-Syafi’i menjadi teladan bahwa kecerdasan sejati selalu disertai dengan kebersihan hati dan akhlak yang luhur.
Imam Bukhari kehilangan penglihatannya ketika masih kecil.
Ibunya tidak berhenti berdoa hingga bermimpi melihat Nabi Ibrahim yang berkata, “Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu karena doa dan tangisanmu.”
Keesokan harinya, penglihatan Bukhari benar-benar pulih.
Pada usia 10 tahun, ia sudah menghafal ratusan hadis Nabi Muhammad SAW.
Dan pada usia 18 tahun, ia mampu membedakan hadis Nabi dengan perkataan para sahabat dan tabi’in.
Ketekunan dan kasih sayang ibunya menjadi kunci lahirnya salah satu ulama hadis terbesar sepanjang masa.
Baca juga: Kisah Mush’ab bin Umair: Pemuda yang Rela Meninggalkan Kemewahan Dunia
Allah SWT mengabulkan doa Nabi Zakariya yang memohon keturunan saleh di usia senja.
Ia dikaruniai anak bernama Yahya, yang disebut langsung oleh Allah dalam Surah Maryam ayat 7.
Sejak kecil, Yahya dikenal bijaksana, tegas, dan memegang teguh Kitab Allah.
Kisah Nabi Yahya menunjukkan bahwa anak muda bukan hanya penerus, tetapi juga pemimpin yang dapat memikul tanggung jawab besar.
Mereka layak diberi ruang untuk belajar memimpin dengan hikmah dan keimanan.
Para tokoh muda seperti Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas, Sa’d bin Abi Waqqas, Ali Zain Al-Abidin, Imam Asy-Syafi’i, Imam Bukhari, dan Nabi Yahya AS, menunjukkan bahwa usia muda bukan penghalang untuk berilmu dan berbuat besar.
Mereka membuktikan bahwa iman, kecerdasan, dan keberanian bisa tumbuh sejak usia dini jika dipupuk dengan bimbingan dan teladan yang benar.
Generasi muda hari ini memiliki kesempatan yang sama untuk meneladani mereka — menjadi pribadi berilmu, berakhlak, dan membawa manfaat bagi sesama.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang