KOMPAS.com - Dalam kehidupan rumah tangga, Rasulullah Muhammad SAW dikaruniai tujuh orang putra dan putri.
Enam orang berasal dari Khadijah yang terdiri dari 3 laki-laki dan 4 perempuan. Sedangkan satu putra lainnya berasal dari Maria Qibtiyah.
Selain itu, Rasulullah Muhammad SAW mempunyai anak angkat bernama Zaid bin Haritsah.
Berikut profil dan kisah lengkapnya.
Baca juga: Kisah Kehidupan Masa Remaja Nabi Muhammad SAW
Al Qassim merupakan putra pertama Rasulullah dari Khadijah. Ia lahir pada tahun 13 sebelum masa Kenabian.
Sayangnya, Al Qassim tidak berumur Panjang. Ia meninggal saat usianya baru menginjak 7 hari. Ada pula riwayat yang menyebut Al Qassim meninggal Ketika sudah mampu berjalan.
Zainab lahir setahun setelah Al Qassim. Ia tumbuh menjadi wanita yang cantik dan penuh kasih sayang. Zainab menikah dengan Abu Al Ash dan dikaruniai dua orang anak, yaitu Ali dan Umamah. Pernikahan berlangsung sebelum masa kenabian.
Saat Rasulullah diangkat menjadi Nabi, Abu Al Ash justru memusuhi Nabi. Ajakan untuk memeluk Islam ditolaknya. Meskipun demikian, Zainab tetap mempertahankan bahtera rumah tangganya karena besarnya cinta kepada sang suami.
Abu Al Ash termasuk salah satu prajurit yang turut berperang di Perang Badar. Hanya saja, ia berada di pihak kaum Quraisy. Hal itu membuatnya tertawan oleh pasukan Muslim. Mendapati hal tersebut, Zainab segera mengumpulkan harta dan menebus sang suami.
Bahkan kalung pemberian Ibunda Khadijah dijadikan jaminan sehingga kaum muslimin melepaskannya dengan syarat Zainab dibiarkan berhijrah ke Madinah.
Baca juga: Kisah Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah Binti Khuwailid
Perbedaan keyakinan membuat Zainab dan Abu Al Ash akhirnya bercerai meskipun masih saling cinta. Zainab kemudian bersiap untuk hijrah ke Madinah secara terang-terangan. Hal ini membuat kaum musyrikin menghalang-halangi niat hijrah tersebut.
Kekalahan di perang Badar membuat mereka tidak rela Zainab meninggalkan Mekkah. Akibat kejadian ini, Zainab yang saat itu sedang hamil mengalami keguguran.
Abu Sofyan sebagai tokoh akhirnya memberikan solusi. Zainab boleh berhijrah asalkan secara sembunyi-sembunyi. Pada percobaan kedua, Zainab berhasil hijrah ke Madinah secara sembunyi-sembunyi.
Setibanya di Madinah, Zainab terus berdoa agar sang suami dapat memeluk Islam. Doa ini dikabulkan, Abu Al Ash akhirnya memeluk Islam dan turut hijrah ke Madinah. Keduanya akhirnya bersatu kembali hingga ajal menjemput Zainab di tahun ke-8 Hijriah.
Ruqayyah merupakan putri kedua Rasulullah dengan Khadijah. Saat menginjak usia belia, ia dinikahkan dengan keluarga dari pihak ayah, yaitu putranya Abu Lahab yang bernama Utbah.
Pernikahan ini sayangnya tak berlangsung lama. Belum sempat menikmati kebersamaan, keduanya harus bercerai karena turunnya wahyu.
Abu Lahab yang menolak ajaran Rasulullah tak ingin berbesan dengan Rasul sehingga memerintahkan putranya untuk menceraikan Ruqayyah.
Tak lama setelah bercerai, Ruqayyah menikah dengan Utsman bin Affan. Keduanya turut berhijrah ke Habasyah. Disana pasangan ini diberi momongan bernama Abdullah bin Utsman, cucu pertama Rasulullah.
Pada usia 6 tahun, Abdullah meninggal. Tak lama kemudian Ruqayyah jatuh sakit. Hal ini membuat Utsman tidak turut membersamai kaum muslimin di Perang Badar.
Rasulullah memerintahkan Utsman untuk menjaga sang istri sekaligus menjadi pemimpin di Madinah. Seusia perang Badar, Ruqayyah meninggal dunia.
Baca juga: Kisah Pengangkatan Menjadi Nabi dan Turunnya Wahyu Pertama
Ummu Kultsum satu tahun lebih muda dari Ruqayyah. Keduanya sering dikatakan mirip dan dinikahkan secara bersamaan dengan putra Abu Lahab juga yang bernama Utaibah. Seperti halnya sang kakak, perbedaan keyakinan menyebabkan rumah tangga ini kandas.
Setelah bercerai, Ummu Kultsum tak segera menikah lagi. Ia memilih mengurus ibundanya Khadijah yang sudah sakit-sakitan serta adiknya Fatimah. Ummu Kultsum baru menikah lagi setelah sang kakak, Ruqayyah meninggal. Ummu Kultsum menikah dengan Utsman bin Affan.
Pernikahan Ummu Kultsum dengan Utsman berjalan selama 6 tahun dan belum dikaruniai anak. Sayangnya, pada tahun 9 H Ummu Kultsum jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia.
Fatimah merupakan putri keempat Rasulullah. Ia menjadi putri kesayangan dan selalu membantu perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan ajaran Islam. Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Dari pernikahan tersebut, lahir 5 orang putra-putri, yaitu Hasan, Husein, Muhassin, Zainab, dan Ummu Kultsum.
Dalam perjalanan rumah tangganya, Fatimah sempat akan dimadu. Hal ini menjadikannya sedih. Oleh karena itu, Rasulullah melarang Ali untuk melakukannya.
“Sesungguhnya Bani Hisyam ibn Mughirah meminta izinku untuk menikahkan putri mereka dengan Ali ibn Abi Thalib. Saya tidak mengizinkan mereka selamanya, kemudian saya tidak mengizinkan mereka. Kecuali, jika anaknya Abi Thalib ingin menceraikan putri saya dan menikah dengan putri mereka. Sesungguhnya Fatimah itu bagian dariku, apa yang mengganggunya akan menggangguku dan apa yang menyakitkannya akan menyakitkan diriku. Sungguh saya khawatir ini akan jadi ujian berat atau fitnah buat keimanannya.” sabda Rasulullah Muhammad SAW.
Baca juga: Kisah Dakwah Rasulullah Muhammad SAW di Awal Penyebaran Agama Islam
Sebelum Rasulullah wafat, ia sempat memberi tahu Fatimah bahwa ia merupakan keluarga pertama yang akan menyusul kepergiannya. Berita ini membuat Fatimah mempersiapkan diri untuk menemui titik akhir kehidupannya.
Sebelum meninggal dunia, Fatimah sudah mempersiapkan semuanya. Ia mandi terlebih dahulu dan memindahkan tempat tidurnya ke tengah rumah. Ia kemudian berpesan kepada Ummu Rafi’ di detik-detik terakhir hidupnya.
“Wahai ibu, nyawa saya akan dicabut sekarang, dan saya sudah mandi, karena itu, jangan ada yang membuka kafanku lagi.”
Setelah itu Fatimah meninggal, tepatnya 6 bulan setelah Rasulullah wafat.
Abdullah merupakan putra bungsu Rasulullah dari Khadijah. Tidak banyak yang menjelaskan tentang riwayatnya. Yang jelas, Abdullah meninggal di Mekkah saat masih berusia anak-anak.
Sedangkan Ibrahim merupakan putra Rasulullah dari hamba sahayanya yang bernama Maria Qibtiyah. Ketika Ibrahim lahir, Rasulullah mengajarkan beberapa sunnah tentang kelahiran, seperti memberi nama pada hari ketujuh, kemudian melaksanakan aqiqah, memotong rambut dan menimbangnya serta bersedekah seberat timbangan rambut tersebut.
Umur Ibrahim tidak panjang. Ia meniggal saat usia 16 bulan, bertepatan dengan terjadinya gerhana matahari. Kepergian Ibrahim membuat Rasulullah bersedih hingga menangis. Hal ini membuat Abdurrahman bin Auf heran dan bertanya mengenai tangisan tersebut.
“Wahai putra ‘Auf, sesungguhnya itu merupakan rahmat, sesungguhnya mata itu akan menangis dan hati itu akan bersedih, akan tetapi kami tidak akan berkata kecuali dengan ucapan yang diridhai Allah, dan sesungguhnya kami sedih berpisahan denganmu wahai Ibrahim,” jawab Rasulullah.
Baca juga: Sejarah Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Hukum Merayakannya
Zaid bin Haritsah merupakan anak angkat Rasulullah. Pada awalnya Rasulullah mengganti nasab Zaid menjadi Zaid bin Muhammad, namun Allah melarangnya dengan menurunkan ayat Q.S. Al Ahzab ayat 40.
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۦنَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا
Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Untuk menegaskan perintah ini, Allah memerintahkan Rasulullah untuk menikahi janda dari Zaid bin Haritsah.
Zaid awalnya merupakan seorang budak. Rasulullah membelinya dari pasar Mekkah. Ketika melihat Zaid, Khadijah berucap: “Kalaulah budak ini milik saya maka akan saya merdekakan”.
Rasulullah kemudian menyerahkan Zaid kepada Khadijah, maka merdekalah Zaid. Tak hanya merdeka, Zaid juga diangkat anak oleh Rasulullah.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang