KOMPAS.com - Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Biasanya manusia hidup berkelompok dengan manusia lainnya membentuk komunitas di suatu wilayah.
Orang-orang yang tinggal berdekatan biasanya disebut dengan tetangga. Dalam hidup bertetangga, pastinya ada aturan-aturan yang harus ditaati agar kehidupan bertetangga dapat hidup dengan rukun dan damai.
Islam sebagai agama yang mengatur segala sisi kehidupan manusia, juga punya aturan tentang bagaimana hidup bertetangga. Untuk lebih jelasnya, simak penuturannya di bawah ini.
Baca juga: Adab-adab Membaca Al Quran yang Perlu Diperhatikan
Ada beberapa ulama yang mengemukakan tentang siapa yang disebut dengan tetangga. Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitan Fathul Baari menjelaskan bahwa sebagian ulama mengatakan tetangga adalah orang-orang yang shalat subuh bersama di suatu masjid.
Sebagian lagi mengatakan batasan tetangga adalah 40 rumah dari setiap sisi. Sebagian lain mengatakan 40 rumah disekitar, 10 rumah dari tiap sisi.
Sementara pendapat lain mengatakan bahwa batasan tetangga adalah sesuai dengan kebiasaan di suatu tempat. Jika di Indonesia, ada yang namanya wilayah RT atau rukun tetangga.
Begitu pentingnya tetangga dalam Islam, sampai-sampai Malaikat Jibril kerap mengingatkan Nabi Muhammad SAW tentang tetangga.
مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْـجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
Artinya: “Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Adapun etika bertetangga dalam Islam adalah sebagai berikut:
Baca juga: 6 Adab Bangun Tidur Sesuai Tuntunan Rasulullah SAW, Bisa Diamalkan Setiap Hari
Islam menganjurkan untuk memuliakan tetangga. Memuliakan dalam hal ini adalah menghormati tetangga dan saling menjaga keharmonisan.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Selain memuliakan tetangga, Islam juga memerintahkan untuk berbuat baik terhadap tetangga.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. An Nisa: 36).
Sementara dalam hadits disampaikan:
خَيْرُ اْلأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ ، وَخَيْرُ الْـجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِـجَارِهِ
Artinya: “Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap sahabatnya. Tetangga yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap tetangganya.” (H.R. At Tirmidzi).
Baca juga: Adab Melayat dalam Islam, Bukan Basa-Basi tapi Doa dan Empati untuk Keluarga
Islam mengajarkan untuk saling berbagi terhadap tetangga. Nabi Muhammad mencontohkan berbagi makanan.
ذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ ، ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوْفٍ
Artinya: “Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu lihatlah keluarga tetanggamu, berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik.” (H.R. Muslim).
Apabila ada tetangga yang kesusahan, maka kewajiban tetangga lainnya adalah menolongnya. Jangan sampai ada tetangga yang menderita dan tidak ada tetangga yang datang menolongnya.
لَيْسَ الْـمُؤْمِنُ الَّذيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إلَى جَنْبِهِ
Artinya: “Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan.” (HR. Al Baihaqi).
Ketika hidup bertetangga, Islam melarang untuk menyakiti tetangganya. Setiap ada permasalahan, hendaklah diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاْليَومِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ
Artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya.“ (H.R. Bukhari).
Baca juga: Adab Makan dan Minum dalam Islam, Panduan Sunnah untuk Hidup Sehat dan Penuh Berkah
Hidup bertetangga harus penuh dengan toleransi dan tenggang rasa sehingga tercipta keharmonisan bersama.
لَا يَمْنَعْ حَارٌ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ حَشَبَةٌ فِي حِدَارِهِ
Artinya: “Janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian melarang tetangganya untuk menancapkan kayu di temboknya.“ (H.R. Bukhari dan Muslim)
Ketika tetangga memberikan sesuatu, meskipun barangnya sederhana, tidak boleh meremehkan pemberian tersebut karena bisa menyakiti dan menyebabkan rusaknya hubungan bertetangga.
يَا نِسَاءَ المُسْلِمَاتِ لا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسَنَ شَاةٍ
Artinya: “Wahai perempuan-perempuan muslimah, janganlah seorang tetangga yang meremehkan hadiah tetangganya meskipun berupa ujung kaki kambing.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Baca juga: Adab Bangun Tidur Menurut Imam Al Ghazali, Lengkap dengan Doa dan Dzikir
Ketika akan memberikan sesuatu, maka yang menjadi prioritas adalah tetangga yang terdekat.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ لِي جَارَيْنِ فَإِلَى أَيِّهِمَا أُهْدِي؟ قَالَ: إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا
Artinya: “Dari Aisyah ra: “Aku berkata: Wahai Rasulullah, aku punya dua tetangga, kepada siapakah aku memberikan hadiah?” Beliau (Rasulullah Saw) bersabda: “Yaitu kepada (tetangga) yang paling dekat pintu rumahnya darimu.” (H.R. Bukhari).
Demikianlah beberapa etika bertetangga dalam Islam yang patut diperhatikan. semoga bermanfaat.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang