KOMPAS.com-Mimpi buruk sering membuat seseorang terbangun di tengah malam dengan tubuh berkeringat, napas tersengal, dan ingatan yang jelas tentang apa yang baru saja dialami.
Banyak orang merasa cemas setelah mengalami mimpi semacam itu. Tak sedikit yang khawatir, takut jika mimpi tersebut akan menjadi kenyataan.
Dalam Islam, mimpi memiliki makna dan panduan tersendiri.
Baca juga: 3 Doa Nabi Daud AS: Meminta Kesabaran, Cinta, dan Meluluhkan Hati
Dilansir dari Antara, berdasarkan hadits shahih Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, umat Muslim dianjurkan melakukan beberapa hal jika mengalami mimpi yang tidak menyenangkan.
Rasulullah SAW bersabda:
الرؤيا الصالحة من الله، والحلم من الشيطان، فإذا رأى أحدكم ما يكره فلينفث عن يساره ثلاثا، وليتعوذ بالله من الشيطان ومن شر ما رأى ثلاثاً، ثم ينقلب على جنبه الآخر، فإنها لا تضره ولا يخبر بها أحداً
Artinya: “Mimpi yang baik itu dari Allah, sedangkan mimpi yang buruk itu dari setan. Jika salah seorang dari kalian bermimpi sesuatu yang tidak disukai, hendaklah ia meniup ke sebelah kiri tiga kali dan membaca ta’awwudz sebanyak tiga kali. Kemudian, hendaklah ia membalikkan tubuhnya ke sisi lain. Dengan demikian, mimpi itu tidak akan membahayakannya dan jangan ceritakan mimpi tersebut kepada siapa pun.” (HR. Bukhari no. 6995, Muslim no. 2261).
Hadits ini menegaskan bahwa mimpi buruk bukan pertanda buruk, melainkan gangguan dari setan yang tidak perlu ditakuti.
Baca juga: Hadits tentang Hajar Aswad dan Aturan Mencium Batu dari Surga di Ka’bah
Rasulullah SAW mengajarkan agar umatnya melawan rasa takut itu dengan dzikir dan berpindah posisi tidur.
Selain itu, Rasulullah SAW juga memberikan tuntunan doa bagi seseorang yang terbangun karena mimpi buruk. Doa ini diriwayatkan oleh Ibnu Suni, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi:
هُوَ اللهُ ، اَللهُ رَبِّيْ لَا شَرِيْكَ لَهُ. أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَمِنْ شَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَأَنْ يَحْضُرُوْنِ
Lafal Latin:
Huwallâhu, allâhu rabbî, lâ syarîka lahû. A‘ûdzu bikalimâtillâhit tâmmati min ghadhabihi wa min syarri ibâdihi wamin hamazâtis syayâtîni wa an yahdhurûni.
Artinya:
“Dialah Allah. Allah adalah Tuhanku, tiada sekutu bagi-Nya. Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan setan, dan dari kehadiran mereka di sekitarku.”
Doa tersebut menjadi bentuk perlindungan diri dari rasa takut dan gangguan setan setelah mimpi buruk.
Dengan mengamalkan sunnah ini, seorang Muslim dapat kembali merasa tenang dan tidur dengan hati yang tenteram.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang