Editor
KOMPAS.com - Muhammadiyah memperkuat persaudaraan dan ukhuwah kebangsaan melalui konsolidasi gerakan nasional penghimpunan bantuan bagi penyintas bencana alam di Aceh, Sumatera Barat (Sumbar), dan Sumatera Utara (Sumut).
Gerakan ini menjadi wujud nyata kepedulian Persyarikatan Muhammadiyah terhadap masyarakat yang terdampak banjir, tanah longsor, dan bencana alam lainnya.
Dalam rilis yang disampaikan di Jakarta pada Selasa, Muhammadiyah menjelaskan bahwa pada tahap awal bantuan difokuskan pada respons tanggap darurat.
Aksi kemanusiaan ini dilaksanakan oleh Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) atau Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) bersama Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU).
Baca juga: Ulama Aceh Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional
Setelah melakukan asesmen awal di lapangan, tim MDMC menyusun peta wilayah terdampak sekaligus mengidentifikasi kebutuhan mendesak para penyintas.
Berdasarkan hasil asesmen tersebut, Muhammadiyah kemudian mengerahkan ratusan relawan serta menyalurkan bantuan kebutuhan pokok, seperti obat-obatan, makanan siap saji, tenda, selimut, dan berbagai perlengkapan darurat lainnya.
Selain bantuan logistik, Muhammadiyah juga memberikan bantuan nonmaterial dengan mengerahkan relawan kesehatan yang tergabung dalam Emergency Medical Team (EMT) Muhammadiyah.
Tak hanya itu, relawan dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) turut dilibatkan untuk memberikan layanan psikososial bagi para penyintas, sementara tenaga medis dari Rumah Sakit Muhammadiyah-’Aisyiyah (RSMA) dikerahkan dari Pulau Jawa dan Sumatera.
Relawan Muhammadiyah bahkan menembus sejumlah lokasi bencana yang terisolasi di Aceh, Sumbar, dan Sumut.
Mereka berasal dari berbagai daerah, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Lampung, Bengkulu, dan wilayah lainnya. Seluruh relawan ini dikoordinasikan langsung oleh MDMC Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Respons tanggap darurat Muhammadiyah telah dimulai sejak 27 November 2025. Aksi kemanusiaan ini melibatkan berbagai unsur Persyarikatan, antara lain MDMC, LazisMu, MPKU, Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Diktilitbang), Majelis Pelayanan Kesejahteraan Sosial (MPKS), Majelis Tabligh, dan Lembaga Dakwah Komunitas (LDK).
Setelah masa tanggap darurat, Muhammadiyah akan memasuki tahap transisi dari darurat menuju pemulihan. Pada fase ini, keterlibatan Majelis Dikdasmen, LazisMu, Diktilitbang, MPKS, Majelis Tabligh, dan LDK menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan pendampingan bagi masyarakat terdampak.
Selanjutnya, pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, Muhammadiyah melibatkan lebih banyak unsur, termasuk Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM), organisasi otonom (Ortom), serta Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) ’Aisyiyah.
Sebelumnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir telah menginstruksikan agar infak Shalat Jumat di seluruh masjid Persyarikatan Muhammadiyah dialihkan untuk membantu korban bencana alam.
Instruksi tersebut juga ditujukan kepada seluruh Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) serta para takmir masjid di lingkungan Persyarikatan.
Haedar Nashir menyampaikan bahwa kebijakan ini didasarkan pada Surat Keputusan Muhammadiyah tentang penghimpunan dana infak Shalat Jumat sebagai respons atas bencana yang tengah melanda berbagai daerah di Indonesia, khususnya Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Penghimpunan infak tersebut dijadwalkan pada Jumat, 12, 19, dan 26 Desember 2025.
Pelaksanaan dan penyaluran dana infak dikoordinasikan melalui LazisMu dan MDMC di seluruh tingkatan kepemimpinan Muhammadiyah, sehingga dapat berjalan secara terpadu dan akuntabel.
Haedar juga menekankan pentingnya pelaporan penghimpunan serta penyaluran dana kepada pimpinan Persyarikatan di tingkat yang lebih tinggi.
Melalui gerakan ini, Haedar Nashir mengajak seluruh warga Muhammadiyah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan sebagai wujud persaudaraan dan kepedulian sosial.
Baca juga: Kemenag Lelang Helm Band Wali untuk Donasi Korban Bencana Sumatera
Ia menegaskan bahwa solidaritas dan gotong royong merupakan nilai utama dalam meringankan beban saudara-saudara yang tengah tertimpa musibah.
“Kepada seluruh anggota Persyarikatan Muhammadiyah mari kita fastabiqul khairat mengeluarkan dana infak tersebut seoptimal mungkin. Karena itulah yang dapat kita lakukan sebagai bagian dari wujud persaudaraan kita terhadap saudara-saudara yang tertimpa dan terdampak musibah banjir, tanah longsor, dan bencana lainnya,” kata Haedar Nashir.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang