KOMPAS.com – Kisah Imam Ahmad bin Hanbal ini menjadi pengingat betapa dahsyatnya kekuatan istighfar dalam mengubah takdir dan membuka pintu terkabulnya doa.
Imam Ahmad bin Hanbal adalah ulama besar, ahli hadis, dan murid Imam Syafi’i yang dikenal zuhud serta hafal sejuta hadis. Namanya harum di seluruh Irak pada masanya, meski wajahnya tidak banyak dikenali.
Kisah ini tercatat dalam Manaqib Imam Ahmad bin Hanbal karya Ibn al-Jauzi. Dilansir dari laman Kemenag, diceritakan, suatu hari di usia senja, Imam Ahmad merasa terdorong untuk pergi ke Bashrah tanpa alasan jelas.
Baca juga: 3 Amalan yang Tidak Terputus Setelah Meninggal Dunia dan Cara Mengamalkannya
Tidak ada janji pertemuan atau urusan khusus, tetapi keinginan itu begitu kuat hingga ia berangkat seorang diri dari Baghdad menuju Bashrah.
Setibanya di sana pada waktu Isya, Imam Ahmad menunaikan salat berjemaah di masjid dan merasa tenteram.
Dia lalu ingin beristirahat di masjid, namun marbot menolak dan melarangnya tidur di dalam masjid.
Imam Ahmad keluar ke pelataran, tetapi kembali diusir hingga ke jalan.
Tak jauh dari masjid, seorang penjual roti menyaksikan kejadian tersebut dan memanggil Imam Ahmad.
Ia menawarkan tempat menginap sederhana di belakang tokonya, dan Imam Ahmad pun menerima tawaran itu tanpa memperkenalkan diri.
Sambil membuat adonan, penjual roti tersebut terus melafalkan istighfar. Setiap kali menambahkan garam, memecahkan telur, atau mencampur gandum, bibirnya tak lepas dari ucapan, “Astaghfirullah”.
Baca juga: Doa Nabi Muhammad SAW Saat Menghadapi Kesulitan: Sumber Kekuatan dan Ketenangan Hati
Melihat kebiasaan itu, Imam Ahmad bertanya, “Sudah berapa lama engkau melakukan ini?”
Penjual roti menjawab, “Selama 30 tahun saya menjual roti, saya selalu beristighfar.”
Ketika ditanya hasilnya, ia berkata, “Tidak ada hajat yang saya minta kecuali Allah kabulkan, kecuali satu.”
Imam Ahmad penasaran, “Apa itu?” Penjual roti menjawab, “Saya berdoa agar dipertemukan dengan Imam Ahmad bin Hanbal.”
Mendengar itu, Imam Ahmad bertakbir, “Allahu Akbar! Allah mengutus saya dari Baghdad ke Bashrah, bahkan diusir marbot, demi mengabulkan doamu.”
Penjual roti pun terkejut dan memuji Allah dengan penuh rasa syukur.
Kisah Imam Ahmad bin Hanbal ini membuktikan bahwa amalan istighfar bukan hanya menghapus dosa, tetapi juga menjadi jalan terkabulnya doa dan datangnya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Ahmad)
Bahkan Rasulullah SAW yang dosanya telah diampuni pun tetap beristighfar 100 kali setiap hari. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, bertobatlah kepada Allah karena aku selalu bertobat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)
Baca juga: Doa dan Dzikir Saat Galau: Lengkap Teks Arab, Latin, dan Terjemahannya
Allah berfirman dalam QS Ali Imran ayat 133–136 tentang ampunan dan surga bagi orang yang segera memohon ampun setelah berbuat dosa.
Dalam QS Nuh ayat 10–12, Allah menjanjikan hujan, harta, keturunan, dan kebun bagi hamba yang beristighfar.
Allah juga menegaskan, “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS Al-Anfal: 33)
Selain menghapus dosa, istighfar menjadi sebab dimudahkannya urusan. Kisah penjual roti ini adalah buktinya, di mana doa yang dipanjatkan selama bertahun-tahun akhirnya dikabulkan Allah dengan cara yang tidak terduga.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!