KOMPAS.com-Kafarat merupakan bentuk tebusan atau denda syar’i yang diberikan sebagai pengganti atas pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja.
Fungsi kafarat adalah menghapus dosa tertentu sehingga kesalahan yang dilakukan tidak lagi tercatat sebagai dosa, baik di dunia maupun di akhirat.
Meski Islam memberikan ketentuan tentang kafarat, umat Muslim tetap dianjurkan untuk menjauhi larangan Allah SWT dan menjalankan seluruh perintah-Nya.
Baca juga: MUI Akan Bahas 6 Fatwa di Munas XI, Mulai dari Asuransi Syariah hingga Zakat Penghasilan
Seperti dilansir Baznas, Allah SWT menjelaskan hukum kafarat dalam QS Al-Maidah ayat 89:
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِاللَّغْوِ فِيْٓ اَيْمَانِكُمْ وَلٰكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُّمُ الْاَيْمَانَۚ فَكَفَّارَتُهٗٓ اِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسٰكِيْنَ مِنْ اَوْسَطِ مَا تُطْعِمُوْنَ اَهْلِيْكُمْ اَوْ كِسْوَتُهُمْ اَوْ تَحْرِيْرُ رَقَبَةٍۗ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍۗ ذٰلِكَ كَفَّارَةُ اَيْمَانِكُمْ اِذَا حَلَفْتُمْۗ وَاحْفَظُوْٓا اَيْمَانَكُمْۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ٨٩
lâ yu'âkhidzukumullâhu bil-laghwi fî aimânikum wa lâkiy yu'âkhidzukum bimâ ‘aqqattumul-aimân, fa kaffâratuhû ith‘âmu ‘asyarati masâkîna min ausathi mâ tuth‘imûna ahlîkum au kiswatuhum au taḫrîru raqabah, fa mal lam yajid fa shiyâmu tsalâtsati ayyâm, dzâlika kaffâratu aimânikum idzâ ḫalaftum, waḫfadhû aimânakum, kadzâlika yubayyinullâhu lakum âyâtihî la‘allakum tasykurûn
"Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafaratnya (denda pelanggaran sumpah) ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu atau memberi mereka pakaian atau memerdekakan seorang hamba sahaya. Barang siapa tidak mampu melakukannya, maka (kafaratnya) berpuasalah tiga hari. Itulah kafarat sumpah-sumpahmu apabila kamu bersumpah. Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan hukum-hukum-Nya kepadamu agar kamu bersyukur (kepada-Nya)."
Ayat ini menjadi dasar utama mengenai tata cara menunaikan kafarat sumpah.
Baca juga: Zakat Penghasilan: Ketentuan, Cara Hitung, dan Niat Membayarnya Sesuai Syariat Islam
Jika seseorang melanggar sumpah yang telah diucapkannya, ada beberapa pilihan kafarat yang dapat dilakukan:
a. Memberi makan 10 fakir miskin
Makna memberi makan adalah menyediakan hidangan yang lengkap sebagaimana makanan yang biasa disajikan kepada keluarga sendiri.
b. Memberi pakaian kepada 10 fakir miskin
Mayoritas ulama menjelaskan bahwa pakaian yang diberikan harus layak digunakan untuk salat dan memenuhi standar kelayakan.
c. Membebaskan seorang budak muslim
Pilihan ini berlaku bagi orang yang tidak dapat menunaikan kafarat berupa makanan dan pakaian. Pembebasan budak muslim menjadi bentuk penyucian diri dari pelanggaran sumpah.
d. Berpuasa selama tiga hari
Jika seluruh pilihan sebelumnya tidak mampu dipenuhi, seseorang dapat menggantinya dengan berpuasa selama tiga hari.
Baca juga: Menag: Potensi Zakat Indonesia Rp 220 Triliun per Tahun, Baru Terkumpul Rp 41 T
Pada sejumlah pelanggaran lain yang ditetapkan syariat, bentuk kafarat dapat berbeda dari kafarat sumpah. Berikut ketentuannya:
a. Membebaskan seorang budak perempuan muslimah
Pembebasan budak menjadi salah satu bentuk kafarat yang diterima Allah SWT dan menjadi sarana pengampunan atas dosa yang dilakukan.
b. Berpuasa selama dua bulan berturut-turut
Jika seseorang tidak mampu membebaskan budak, maka ia wajib menunaikan puasa selama dua bulan tanpa jeda.
c. Memberikan makanan kepada 60 fakir miskin
Apabila dua cara sebelumnya tidak sanggup dilakukan, maka kafarat dapat diganti dengan memberi makan 60 fakir miskin.
Ukuran makanan yang diberikan adalah satu mud untuk setiap orang atau setara dengan biaya satu kali makan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang